Selasa, 12 Januari 2016

Harapan dan cita-cita



Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas dan mantap dalam kehidupan ini sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun bagi yang menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa api yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi. Cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.
Harapan saya dalam dalam mewujudkan cita-cita
Cita-cita saya saat ini adalah ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses. Harapan saya dalam mewujudkan cita-cita tersebut adalah agar saya selalu bekerja keras, disiplin, berani  bertindak maupun dalam mengambil keputusan yang tepat karena keputusan yang saya tentukan nantinya akan menentukan jalan saya menuju kesuksesan.
Jika harapan saya tidak terwujud
Jika apa yang saya harapkan tidak terwujud dalam menggapai cita-cita, maka saya akan tetap berusaha agar menjadi orang yang berguna bagi kedua orang tua saya. Walaupun cita-cita tidak dapat digapai karena harapan saya tidak terwujud, saya akan selalu membuat kedua orang tua saya tersenyum dan tetap akan merasa bangga kepada saya, sekalipun jika saya nantinya hanya menjadi seorang karyawan/pegawai di suatu perusahaan.  
Referensi : http://humanforest.blogspot.co.id/2005/08/arti-sebuah-cita-cita.html

Manusia dan Harapan



Harapan berasal dari kata harap yang artinya mohon; minta; hendaklah; keinginan supaya sesuatu terjadi. Menurut KBBI harapan adalah sesuatu yang (dapat) diharapkan; keinginan supaya menjadi kenyataan.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/ proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".
Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi di mana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.
Menurut kodratnya manusia adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik / jasmani maupun mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongan kodrat, ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kebutuhan hidup, sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah :
a)      Kelangsungan hidup (survival)
b)      Keamanan (safety)
c)      Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d)      Diakui linkungan (status)
e)      Perwujudan cita – cita (self actualization)
sumber :

Minggu, 03 Januari 2016

Manusia dan Pandangan Hidup



Pengertian  Pandangan Hidup
Pandangan Hidup adalah pendapat atau pertimbagan yanag dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup ada 3 macam:
1.      Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2.      Pandangan  hidup yang  berupa ideology, yaitu disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada  Negara.
3.      Pandangan berdasarkan renungan, yaitu pandangan hidup yang relative kebenarannya.
Pandangan hidup yang berasal dari keyakinan & kepercayaan
Keyakinan dan kepercayaan adalah menjadi dasar pandangan hidup yang berasal dari akal atau kekuasaan tuhan, ada tiga aliran filsafat yaitu:
A.    Aliran Naturalisme : Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi, kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari tuhan . Manusaia adalah ciptaan tuhan karena itu manusia mengabdi pada tuhan melalui ajaran-ajaran agama.
B.     Aliran Intelektualisme : Dasar aliran ini adalah logika/akal {kalbu yang berpusat dihati} “hati nurani” maka keyakinan manusia itu bermula dari akal.
C.     Aliran Gabungan : dasar aliran ini adalah kekuatan gaib yang berasal dari tuhan sebagai dasar keyakinan sedangkan akal adalah dasar kebudayaan yang menetukan benar tidaknya sesuatu yang dinilai berdasarkan akal, baik sebagai logika berpikir maupun rasa atau hati nurani. Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari tuhan dan akal berimbang maka akan menghasilkan pandangan hidup sosialisme –religius, kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.
Pandangan hidup adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara pandang manusia terhadap dunia dan kehidupan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pandangan hidup sebagai konsep yang dimiliki seseorang atau golongan dalam masyarakat yang bermaksud menanggapi dan menerangkan segala masalah di dunia ini ).
Dalam bahasa Inggris, pandangan hidup disebut dengan istilah worldview (kadang ditulis: world-view), yang dalam kamus Longman Language Activator didefinisikan sebagai the attitude that a person, a group or  nation has towards life and the world (cara pandang yang dimiliki satu orang, satu kelompok atau bangsa terhadap kehidupan atau dunia). Istilah lain, dalam bahasa Inggris, yang mengandung pengertian pandangan hidup secara lebih khusus adalah vision (visi). Harfiah, vision diambil dari bahasa Latin visio, yang berasal dari videre, melihat. Pengertian yang berlaku selanjutnya adalah (1) penglihatan, daya lihat; (2) pandangan; (3) impian, khayalan, bayangan.
Sebagai istilah, visi antara lain berarti bayangan indah yang merasuk ke dalam pikiran dan berpengaruh kuat. Pengertian ini menegaskan bahwa visi adalah sebentuk pandangan yang menumbuhkan suatu bayangan atau gambaran dan tekad membaja untuk menjelmakannya menjadi sebuah kenyataan. Pengertian tentang visi ini akan lebih mudah dipahami bila kita bawa ke dunia seni bangunan (arsitektur).
Seorang arsitek (ahli seni bangunan) memulai kerjanya dengan membuat bayangan atau gambaran tentang bentuk bangunan di dalam otaknya. Bayangan itu kemudian dituangkan ke dalam sket (gambar kasar), yang selanjutnya dikembangkan menjadi gambaran yang rinci, sehingga akhirnya bisa diwujudkan menjadi sebuah bangunan yang sebenarnya. Bayangan bentuk bangunan yang ada di kepala sang arsitek itu adalah visi dalam pengertian sederhana. Lebih lanjut, visi sang arsitek akan nampak semakin nyata dan khas ketika ia mengaitkan bentuk bangunannya dengan keadaan lingkungan alam, kebutuhan, adat, dan kebudayaan masyarakat yang hendak menggunakan bangunan itu, sehingga ia membuat rancangan bagunan yang bersesuaian dengan hal-hal tersebut. Bila sang arsitek hanya merancang bangunan tanpa mempedulikan hal-hal tersebut, maka ia layak disebut sebagai arsitek yang tidak mempunyai visi.
Barangkali karena itulah dalam sebuah kamus keluaran Oxford University Press, visi didefinisikan sebagai power of seeing or imagining, looking ahead, grasping the truth that underlies facts (kemampuan melihat atau membayangkan, melihat ke depan, memahami kebenaran di balik fakta-fakta). Dalam naskah ini pandangan hidup dan visi dianggap sebagai dua hal yang tak terpisahkan. Pandangan hidup adalah pandangan (wawasan) menyeluruh tentang dunia dan kehidupan; sementara visi adalah pandangan yang berkaitan dengan bidang-bidang atau hal-hal tertentu dalam kehidupan. Dengan kata lain, pandangan hidup mewakili pandangan atau pengetahuan umum (general idea), dan visi mewakili pandangan pengetahuan khusus (special idea), yang biasanya hanya dimiliki orang-orang tertentu.
Dengan kata lain, pandangan hidup sebenarnya merupakan ‘seluruh pengetahuan (informasi) tentang kehidupan yang diterima seseorang’. Sedangkan visi adalah ‘suatu gambaran tertentu tentang sisi kehidupan tertentu, yang mempengaruhi seseorang, sehingga ia bersemangat untuk mewujudkannya menjadi kenyataan’.


Sumber :

Cita-cita



Cita-cita saya saat ini adalah menjadi seorang pengusaha yang sukses. Saya ingin menjadi pengusaha karena bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal dari usaha yang ingin dijalankan. Tentunya keuntungan usaha yang didapat harus melalui proses manajemen yang sangat baik. Itulah alasan saya saat ini memasuki Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen. Waktu saya kecil cita-cita saya bukanlah menjadi pengusaha, melainkan menjadi seorang Polwan. Saya ingin menjadi Polwan karena menurut saya pada waktu itu tugas polwan sangatlah keren yaitu  menangkap para penjahat dan dapat melindungi masyarakatnya dari kejahatan yang mungkin dilakukan orang-orang yang mempunyai kesempatan melakukan tindakan kriminal.
Tetapi pada saat saya memasuki sekolah menengah atas rasanya saya ingin merubah cita-cita saya yang ingin menjadi polwan. Seperti yang saya ketahui menjadi seorang polwan tidaklah mudah. Diperlukan kegitan fisik dan mental yang kuat agar dapat menjadi seorang polwan. Kelemahan saya berada pada kegiatan fisik. Saya tidak bisa berenang dan saya sangat mudah kelelahan jika melakukan kegiatan fisik yang terlalu berat. Atas dasar alasan itu saya mengurungkan cita-cita saya menjadi polwan.
Akhirnya setelah melalui pemikiran yang cukup panjang, sudah saya putuskan bahwa cita-cita saya adalah menjadi pengusaha. Karena untuk menjadi seorang pengusaha tidak terlalu membutuhkan kegitan fisik. Yang dibutuhkan hanya keberanian dan mental yang kuat. Sebenarnya ilmu manajemen sudah saya dapatkan pada saat saya masih bersekolah menengah atas, karena saya bersekolah di sekolah menengah kejurusan (SMK) bisnis dan manajemen. Jurusan yang saya ambil pada saat itu adalah marketing. Jadi pada saat pertama kali masuk kuliah saya sudah tidak merasa asing dengan beberapa mata kuliah yang harus diikuti di fakultas ekonomi jurusan manajemen. Karena sebelumnya sudah pernah diajarkan pada waktu saya bersekolah di SMK
Pada saat mengikuti perkuliahan beberapa mata kuliah dapat dengan mudah saya pahami. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi saya, karena saya bisa mendapatkan nilai yang bagus pada beberapa mata kuliah. Untuk matakuliah lain yang belum pernah diajarkan, saya harus benar-benar mempelajarinya dan memahami dengan baik ilmu yang disampaikan oleh para pengajar (Dosen). Agar ilmu yang saya dapat bisa digunakan pada saat saya ingin merintis bisnis usaha. Dengan begitu resiko yang saya hadapi ketika akan merintis usaha cukup kecil, karena saya sudah mendapatkan ilmu tentang manajemen pada saat saya bersekolah dan setelah saya menyelesaikan kuliah.
Tanggung jawab saya saat ini tentunya mengikuti perkuliahan dengan sebaik-baiknya, mempelajari dan memahami dangan baik ilmu yang disampaikan oleh dosen, sikap disiplin, mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan mengikuti UTS dan UAS. Dengan begitu InsyaAllah saya akan lulus dengan nilai yang memuaskan dan tentunya ilmu yang saya dapat bisa berguna untuk merintis usaha bisnis yang akan saya rintis mulai dari bawah. Sampai suatu saat nanti saya bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses sesuai apa yang saya cita-citakan saat ini.