Namun berkat kerja keras dan keuletannya, ia berhasil meraih kesuksesannya sebagai pembuat boneka di Jakarta. Lewat workshopnya di wilayah Kemayoran Jakarta, omset puluhan hingga ratusan juta rupiah mampu ia kantongi per bulannya. Dari usaha itu, Tuti tidak terlepas dari keaktifannya bersama Perkumpulan Keterampilan Keluarga (PKK), di daerah Kemayoran Jakarta. Yaitu mengembangkan pembuatan boneka yang telah ia kuasai bersama organisasi perempuan tersebut.
Dengan modal awal yang tidak sampai Rp 1 juta, Tuti memproduksi boneka-boneka dan mencoba memasarkannya ke toko-toko boneka di Jakarta. Dari toko ke toko ia jajaki dengan menawarkan berbagai contoh produk boneka buatannya. Pada saat itu, banyak toko boneka yang sudah memiliki suplai tetap terutama dari pabrik boneka besar sehingga tidak mudah untuk menembusnya.
Menjalankan bisnis boneka tidak semudah apa yang dibayangkan Tuti sebelumnya. Pada tahun 2006, ia pernah mengalami kejatuhan usaha yang hampir membawa pada kebangkrutan karena masalah permodalan dan pemasaran yang berkurang. Akhirnya ia sering mengikuti pameran-pameran dan hasilnya lumayan. Disamping itu, ia juga mendapat suntikan modal dari salah satu bank BUMN sebesar Rp 49 juta. Dengan demikian secara perlahan bisnisnya mulai beranjak naik dan mampu bangkit kembali.
Dalam mengembangkan bisnis bonekanya itu, Tuti selalu memegang sebuah prinsip yaitu melakukan terobosan pembuatan model dan desain-desain boneka baru yang inovatif. Semua itu ia pelajari dari berbagai media seperti televisi, majalah, internet dan lain sebagainya. Melalui 25 karyawannya, ia mampu menjual ribuan boneka per bulan, bahkan dalam acara-acara khusus untuk promo setiap order mencapai 2.000 boneka untuk satu perusahaan. Harga boneka yang ia jual pun beragam mulai dari yang termurah Rp 10.000 hingga Rp 350.000 per buah.
Tuti mengupayakan selalu mengembangkan model produk bonekanya secara periodik, agar konsumennya tetap tertarik dengan hasil produknya. meskipun diakuinya untuk beberapa model seperti boneka beruang atau jenis-jenis binatang lainnya masih menjadi primadona di pasaran. Sedang untuk boneka karakter jarang ia produksi, karena selain hanya momen tertentu persaingannya pun sudah banyak.
Kini produk bonekanya sudah dikenal dan dicari orang, tak heran toko-toko boneka di kawasan Mangga Dua dan Cempaka Mas Jakarta selalu menjadi langganannya. Penjualannya pun sampai Rp 100 juta per bulan, meski tergantung orderan. Saat ini produk-produk bonekanya masih dipasarkan terbatas di pasar lokal saja, diantaranya di wilayah Jabodetabek, Banjarmasin Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Makasar, Lampung, dan lainnya. Meski sempat jatuh bangun dalam membangun usaha bonekanya, akhirnya wanita asal Sukabumi ini telah menikmati bisnisnya yang berjalan hampir 10 tahun, dengan margin 10%-20% setidaknya ia sudah bisa menikmati hidup sebagai seorang pengusaha sukses tanpa harus menjadi orang gajian.
Begitulah nasib seseorang yang tidak ada yang mampu menduganya, yang awalnya dari seorang pekerja biasa, bisa menjadi pengusaha sukses dengan menekuni bisnis pembuatan boneka. Semangat, tekad yang besar dan keuletan perjuangan dari seorang Tuti Nurhayati dalam menggeluti bisnis bonekanya itulah yang patut kita jadikan contoh, semoga kisahnya bisa menjadi motivasi bisnis bagi semua wanita. Salam sukses.
sumber :
http://wanitaberbisnis.com/profil-wanita-pengusaha-sukses-bisnis-boneka.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar